Jumat, 17 Desember 2010


BAB I
PENDAHULUAN
1.    Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponenkomponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Proses kromatografi juga digunakan dalam metode pemisahan komponen gula dari komponen non gula dan abu dalam tetes menjadi fraksi-fraksi terpisah yang diakibatkan oleh perbedaan adsorpsi, difusi dan eksklusi komponen gula dan non gula tersebut terhadap adsorbent dan eluent yang digunakan.
1.1 Fase Diam
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet.
Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina.
1.2 Fase Gerak
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (jel silika).








BAB II
PROSEDUR
A.  Prosedur Analisa Kromatografi Lapisan Tipis
Judul               : Praktikum Kromatografi Lapisan Tipis
Tujuan             : 1. Pemakaian kromatografi lapisan tipis untuk pemisahan komponen-          komponen     dalam senyawa / campuran
  2. mencari harga Rf dari beberapa komponen pada sistem fase diam dan                   fase gerak
Prinsip             :
Kromatografi lapisan tipis merupakanpenerapan dari kromatografi adsorbsi. Sampel  ditotolkan pada plat TLC, kemudian dikembangkan dalam sebuah bejana pengembang. Eluen bergerak keatas karena aktifitas kapiler. TLC dapat memberikan informasi mengenai berapa banyak komponen yang terdapat dalam suatu campuran dan juga untuk tujuan identifikasi. Pemilihan adsorben, pelarut, eluen, dan pemahaman teori yang mendasari TLC harus dipahami untuk mendapatkan pemisahan yang baik.
Alat                 :
Ø  .DESAGA Thin Layer Chromatografy
Ø  Hair dryer
Ø  Desaga Spray Gun
Ø  Kertas tembus pandang (transparan)
Ø  Kertas Grafik

Bahan / Pereaksi :
Ø  petroleum eter
Ø  Etanol
Ø  Benzena
Ø  Aseton
Ø  Larutan iodium- kloroform 0,5%
Ø  Larutan Ninhidrin 2%
Ø  Hijau Daun
Cara Kerja           :
 a). Pembuatan lapisan tipis
1.       Menimbang 20 gr silica gel
2.      Memasukkan ke dalam erlenmeyer
3.      Menambahkan aquades hingga 45 ml
4.      Mengocok sampai suspensi yng rata dan tidak ada gelembung udara
5.      Bubr silika ini untuk 5 buah plat / lempeng kaca kuran 20 X 20 cm
6.      Memuat lapisan silica dengan memakai DESAGA chromatografy
 b). Pembuatan Ekstrak Hijau Daun
            1. Menumbuk beberapa lembar daun pandan
            2. Menambahkan campuran PE dan Etanol (2:1) kedalam air hijau      dau
            3. Memasukkan ke dalam corong pisah
            4. Menambahkan air
            5. Lapisan bawah ditampung dalam erlenmeyer kecil
   6. Mengentalkan ekstrak hijau daun dalam erlenneyer tersebut dengan cara memanaskan diatas penangas air
 c). Pemisahan komponen hijau daun
              1. Menotolkan Ekstrak hijau daun pada lapisan tipis yang telah kering
2. Mengeringkan Lapisan tipis yang mengandung ekstrak hijau daun tersebut
            3. Mengaspi dengan gas amonia
            4. Mencelupkan lempengan tersebut kedalam klom kromatografy yang telah di isi dengan eluen benzena dan aseto (7:3)
            5. Setelah beberapa saat eluen akan naik ke atas dan kemudian di beri tanda kenaikan eluen ini (7:3)
            6. lapisan tipis di keluarkan dari  kromatografy, kemudian di keringkan
     7. Mencari harga Rf masing-masing komponen setelahkromatogtafi di salin ke atas keretas transparan
            8. Menyalin noda- noda yang terjadi keatas keretasgrafikdan carilah berapa luas noda masing – masing komponen
            9. Bila komponen tidak berwarna ,dapat di berwarna dengan iyodium kloroporm 0,5 % ,ninhidrin 2 %, uap iyodium atau memakai sinar ultaraviolet
     10. Untuk mengekstrak hijau daun , komponen – komponen yang terlihat adalah :
·         Karoten ( orange )
·         Klorofil a ( biru )
·         Klorofil a ( hijau )
·         Xantofil ( kuning )  

DATA PENGAMATAN:
Nama sampel/jumlah
Wujud/warna
Sistem pelarut
Hasil pemisahan
Jumlah komponen
warna
Jarak komponen
Jarak eluen
Rf
Daun pandan
Wujud cair/3 warna:
1. Hijau Bening
2. kuning    Kecoklatan
3. Hijau Tua



1. Eter dan Aseton (2:1)
2. Benzen dan
Aseton (4:2)




1. hijau muda
2. kuning       kehijauan
3. hijau tua
4. hijau muda





Perhitungan         :
1.      a). Hijau muda 2,3
b). Kuning kehijauan 2,8
c). Hijau tua 2,3
d).Hijau muda 6,2 
      2.    a). Hijau muda 2,3
b). Kuning kehijauan 2,7
c). Hijau tua 3,2
d).Hijau muda 6
      3.    a). Hijau muda 2,4
b). Kuning kehijauan 3
c). Hijau tua 3,4
d).Hijau muda 6,1 
 Jawab             :
1.      a) Hijau muda 2,3:6,9 = 0,33
b) Kuning kehijauan 2,3 : 6,9 = 0,40
c) Hijau tua 2,3 : 6,9 = 0,33
d) Hijau muda 6,2 : 6,9 = 0,89
2.       a) Hijau muda 2,3 : 6,9 = 0,33
 b) Kuning kehijauan 2,7 : 6,9 = 0,39
 c) Hijau tua 3,2 : 6,9 = 0,46
d) Hijau muda 6 : 6,9 = 0,86
     3.   a) Hijau muda 2,2 : 6,9 = 0,34
           b) Kuning kehijauan 3 : 6,9 = 0,43
c) Hijau tua 3,4 : 6,9 = 0,49
d) Hijau muda 6,1: 6,9 =0,88

B. Analisa Kromatografi Kolom
Judul                            : Analisa Daun Suji Dengan Metode Kromatografi Kolom
Tujuan               : untuk memisahkan zat pewarna alami dari sampel daun suji dengan metode kromatografi kolom
Prinsip               : analisis zat pewarna alami dengan mengidentifikasi proses terbentuknya cincin-cincin berwarna dengan metode kromatografi kolom.
Teori dasar        : kromatografi didefinisikan sebagai suatu proses pemisahan yang digunakan untuk pemisahan campuran yang pada hakekatnya molekuler. Kromatografi tergantung pada pembagian ulang molekul-molekul campuran antara dua fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi mencakupi kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi, dan pertukaran ion.
pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fase diam dan fase gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen yang akan dipisahkan.
Semua jenis kromatografi melibatkan proses kesetimbangan molekul-molekul yang dinamis dan cepat diantara dua fase. Kesetimbangan tersebut tergantung pada :
·                 Kepolaran dan ukuran molekul yang akan dipisahkan
·                 Kepolaran fase diam
·                 Kepolaran fase gerak
Kromatografi kolom bertujuan untuk mengisolasi komponen daun suji dari campurannya. Pada kromatografi kolom digunakan kolom dengan adsorben silikagel karena kolom yang dibentuk dengan silikagel memiliki tekstur dan struktur yang lebih kompak dan teratur.
Silikagel memadat dalam tetrahedral raksasa, sehingga ikatannya kuat dan rapat. Dengan demikian, adsorben silikagel mampu menghasilkan proses pemisahan yang lebih optimal.
Silikagel ada dua macam :
·                 GF245 dengan G melambangkan gypsum (CaSO4 ), F melambangkan floroscene dan angka 245 menunjukan panjang gelombang yaitu : 245nm. Silika jenis ini sering digunakan pada kromatografi lapisan tipis ( TLC ).
·                 H, dengan tanpa adanya gypsum dan floroscene. Silika jenis ini bisa digunakan pada kromatografi kolom. 
Alat dan bahan :
·         Kolom gelas
·         Silikagel
·         N-Heksana & aseton (7 : 3)
·         Zat klorofil daun suji
·         Glass wol
·         Batang pengaduk / pipa gelas yang panjang
·         Gelas ukur
·         Corong


Prosedur          :
 a). Cara membuat bubur kolom :
1.      Menimbang beberapa gram silika gel sesuai kebutuhan.
2.      Memasukannya kedalam gelas kimia.
3.      Menambahkan 7ml N-Heksana dan 3ml aseton.
4.      Mengaduknya sampai terbuat bubur
b). Cara mengisi kolom :
1.         Memasangkan kolom gelas denga tegak lurus pada statif dengan memakai kolom.
2.         Memasukan gelas wol kedalam kolom gelas.
3.         Menambahkan 7ml N-Heksana dan 3ml aseton.
4.         Memasukan bubur kolom kedalam kolom gelas sedikit demi sedikit sambil dipadatkan dengan pipa gelas yang panjang.
5.         Menambahkan  kembali 7ml N-Heksana dan 3ml Aseton
6.         Menempatkan erlenmeyer dibawah kolom, kemudian membuka Screw clamp/ keran  dan biarkan pelarut mengalir sampai silika yang ada didalam kolom basah merata
7.         Memasukan corong kedalam kolom gelas kemudian memasukan zat klorofil daun suji sedikit demi sedikit biarkan sampai terbentuk cincin-cincin berwarna





BAB III
PEMBAHASAN
A.    Analisa kromatografi lapisan tipis
Dalam percobaan kali ini dikemukakan bahwa pemakaian kromatografi lapis tipis untuk pemisahan komponen dalam sampel daun pandan, didapat ekstrak daun pandan tiga lapisaan warnanya yaitu bening, kuning kecoklatan, dan hijau.
Sistem pelarut yang dipakai eter dan aseton ( 2:1 ) atau 20 ml eter dan 10 ml aseton. Alat yang digunakan dalam percobaaan kali ini meliputi corong pemisah, statip, beaker glass, kaca arloji, spatula, dan neraca analitik. Dalam mengekstrak sekali-sekali tutup orong pisah dibuka agar tidak terjadi letupan dan juga keran pada corong pisah harus dalam keadaan terbuka sedikit, karena pereaksi tersebut bisa menguap.
Dalam pembuatan ekstrak hijau daun langkah yang  yaitu : daun pandan yang sudah dibelender zat hijau daun yang ada pada daun pandan disaring dengan menggunakan kertasa saring setelah itu zat hijau daun diekstrak setelah itu lapisan yang paling bawah ditampung dalam gelas kimia.
Untuk pemisahan komponen hijau daun, sampel daun pandan tidak dibelender tetapi dengan cara ditumbuk setelah itu tumbuka tersebut dimasukan kedalam gelas kimia dan ditambahkan pereksi 40 ml benzena dan 20 ml etanol dan diaduk. Setelah diaduk dalam gelas kimia daun pandan dipanaskan diatas magnetic stirrer with heater agar zat lainnya menguap,sehingga yang didapat hanya zat klorofilnya saja.
Langkah terakhir dari pengerjaan tersebut adalah penyepotan zat keatas lempengan, dan dicelupkan kedalam kolom kromatografi setelah beberapa saat eluen akan naik dan dihitung harga Rfnya.


B.     Analisa kromatografi kolom
Dalam praktikum kali ini analisa zat pewarna alami dengan meanggunakan  metode kromatograi kolom, proses terbentuknya cincin-cincin berwarna dengan menggunakan sampel yaitu zat klorofil daun suji, dan dengan menggunakan pelarut silika gel berlaku sebagai pase diam, sedangkan pase geraknya yaitu N-Heksana dan aseton (7 ; 3), yaitu dengan cara metode basah (silika gel di buat bubur dulu), silika gel dimasukan kedalam kolom gelas, kemudian di padatkan dengan menggunakan pipa gelas yang panjang, pemadatannya harus benar-benar sempurna agar tidak terdapat gelembung udara.
Saat pelarut di lewatkan melaluli bubur silika gel, kran di buka perlahan lahan agar silikagel dapat menyerap pelarut tersebut, begitu juga terjadi saat sampel di lewatkan.
Kesalahan dalam praktikum yaitu dalam pembuatan fase diam yang kurang padat, sehingga sampel tidak dapat membentuk cincicn berwarna.










BAB IV
KESIMPULAN

A.    Analisa kromatografi lapisan tipis
Dari hasil analisa klorofil dari daun pandan di peroleh wujud cair dan 3 lapisan warna yang meliputi hijau bening,kuning kecoklatan, dan hijau tua.
Sedangkan hasil pemisahannya di peroleh 4 lapisan warma pada lempeng yaitu hijau muda, kuming kehijauan, hijau tua, dan hajau muda.


B.     A nalisa kromatografi kolom
            Dari hasil praktikum analisa klorofil pada daun suji dengan menggunakan metode basah,ternyata hasilnya tidak terbentuk cincin - cincin berwarna dikarnakan kurang padatnya fase diam.












DAFTAR PUSTAKA

Anonymus. Kromatografi Lapis Tipis. http://www.chem-istry.
org/?sect=belajar
Kurniawan, Yahya. Pengaruh Jumlah Umpan Dan Laju Alir Eluen
Pada Pemisahan Sukrosa Dari Tetes Tebu Secara Kromatografi.
Anonymus. Kromatografi. http://id.wikipedia.com/ Kromatograf.htm
Kantasubrata, Julia. Warta Kimia Analitik Edisi Juli 1993. Situs
Web Resmi Pusat Penelitian Kimia LIPI
Modul analisa Kromatografi